Setiap kejadian dalam hidup merupakan
pelajaran bagi kita, dan setiap kejadian adalah bagian dari pembinaan
moral pribadi untuk menjadi semakin mantap dan matang. Kehidupan yang
bahagia dan penuh arti, akan dinikmati oleh orang yang melaksanakan
fungsi kehidupannya secara baik.
Salah satu cara mempengaruhi dan merubah
orang lain yaitu dengan berperilaku wajar dan tulus serta penuh
pengertian. Hati yang tulus disertai toleransi serta kelembutan, akan
mampu merubah sifat keras kepala orang lain, tidak usah jauh-jauh,
nyatanya hewan piaraan pun hanya mau jinak kepada orang yang berhati
tulus dan penuh toleransi.
Kita selalu harus mengharmoniskan
kerangka pikir dengan hati kita, dengan membina suatu konsepsi kehidupan
yang sehat/mental yang sehat mampu mengalahkan kesedihan hati dan tidak
mengutamakan kepentingan pribadi yang tidak berlebihan. Jangan menjadi
serakah dan pelit apabila sedang mampu dan jangan bersedih hati apabila
kehilangan. Dengan bersikap demikian maka kita akan terbebas dari
kecemasan hidup, karena orang yang pikirannya tidak harmonis dengan
suara hatinya akan bersifat aneh dan tidak wajar, sehingga dia akan
selalu tidak tenang dan penuh prasangka.
Moral/etika perlu dibina dan dipupuk agar dapat berkembang dan bertumbuh dengan sehat.
Ada 8 (delapan) ciri mental yang sehat (WHO Expert Commitee On mental Health) yaitu:
1. Mampu menyesuaikan diri terhadap kenyataan secara konstruktif meskipun kenyataan itu buruk dan pahit.
2. Mampu memperoleh kepuasan dari upaya dan perjuangan hidupnya.
3. Merasa lebih puas memberi daripada menerima.
4. Relatif bebas dari ketegangan dan kecemasan (stres).
5. Mampu berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan.
6. Mampu menerima kekecewaan untuk dipakai sebagai pelajaran.
7. Mampu mengarahkan rasa permusuhan menuju penyelesaian yang kreatif dan konstruktif.
8. Memiliki daya kasih sayang yang besar.
2. Mampu memperoleh kepuasan dari upaya dan perjuangan hidupnya.
3. Merasa lebih puas memberi daripada menerima.
4. Relatif bebas dari ketegangan dan kecemasan (stres).
5. Mampu berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan.
6. Mampu menerima kekecewaan untuk dipakai sebagai pelajaran.
7. Mampu mengarahkan rasa permusuhan menuju penyelesaian yang kreatif dan konstruktif.
8. Memiliki daya kasih sayang yang besar.
Sifat kedelapan ciri tersebut akan
muncul dan mencuat ke permukaan apabila mental pribadi terus diasah,
dibina, dikendalikan dan dikembangkan. Seseorang yang tidak mempunyai
rasa malu, tidak akan pernah mampu mengendalikan dirinya dan sulit bagi
orang lain menyadarkannya untuk memperbaiki sikap dan perilakunya. Jadi
kuncinya adalah kesadaran diri menghaluskan perilaku yang kasar dan
koreksi terhadap sikap hidup yang jelek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar